Archive for September 2016

  • 0

    Makalah Pendidikan Buddhis

    BAB I

    PENDAHULUAN

     

    A.   Latar Belakang

    Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dalam setiap dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN No. 20 tahun 2003). Sedangkan arti dari pembelajaran merupakan suatu system intruksional, yang mengacu pada seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Selain suatu system, pembelajaran meliputi suatu komponen, antara lain tujuan, bahan, pesertadidik, guru, metode, situasi, dan evaluasi. Agar tujuan itu tercapai, semua komponen yang ada harus di organisasikan sehingga antar sesame komponen terjadi kerjasama.

    Pendidikan adalah wahana untuk mencari suatu ilmu baik secara formal maupun informal. Pendidikan dalam arti luas merupakan hidup itu sendiri, sebagai proses menyingkirkan kebodohan dan mendewasakan diri menjadi kesempurnaan, salah satunya adalah Pendidikan Buddhis. Tujuan umum pendidikan tak berbeda dengan tujuan pembabaran agama sebagaimana yang di­amanatkan oleh Buddha kepada enam pu­luh orang Arahat. Mereka mengemban misi atas dasar kasih sayang,  demi kebaikan, membawa kesejahteraan, keselamatan dan kebaha­giaan bagi orang ba­nyak (Vin.I.21). Karena men­datang­kan kebaikan ini, memiliki pengeta­huan dan keterampilan merupakan berkah utama (Mangala-sutta). 

     

    Pendidikan Buddhis merupakan pendidikan dengan mengaplikasikan sutta-sutta dari khotbah Sang Buddha kedalam kehidupan sehari-hari melalui pendekatan-pendekatannya . Sang Buddha mengajarkan khotbah-Nya di tempat yang berbeda dan tidak kepada semua umat manusia begitu saja, namun Sang Buddha menyesuaikan dengan karakter pendengar dan keadaan batinnya. Sehingga dhamma yang diberikan dapat dipahami dan dilaksanakan oleh siswa-Nya.

    Dalam menerapkan pendidikan buddhis tentunya seorang guru atau pendidik melakukan pendekatan-pendekatan seperti yang dilakukan oleh Sang Buddha yang disesuaikan dengan karakter dari masing-masing peserta didik. Dengan melakukan pendekatan-pendekatan yang sesuai akan mempermudah pendidik dalam melaksanakan pembelajaran sehingga tujuan pendidikan yang diharapkan dapat tercapai dengan baik.


     

    B.   Rumusan Masalah

    Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah dalam makalah ini, sebagai berikut :

    1.      Apa yang dimaksud dengan Model Pendididkan Buddhis?

    2.      Apa yang dimaksud dengan Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran Budhhis yang meliputi:

    a.                Pendekatan Bertahap

    b.               Pendekatan Adaptasi

    c.                Pendekatan Ilustratif

    d.               Pendekatan Pengajaran Analitis

    e.                Pendekatan Experimen

    3.      Apa saja Kelebihan dan Kekurangan dari Pembelajaran Buddhis?

     

    C.   Tujuan Penulisan

    Tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai tugas kelompok Mata Kuliah “Strategi Pembelajaran 2” yang diampu oleh dosen Kabri Nyana Karuno S.Ag., M.Pd.,M.Pd.B. dan tujuan lainnya dari penulisan makalah ini adalah:

    1. Untuk Mengetahui Pengertian Pembelajaran Buddhis.

    2. Untuk Mengetahui Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran Buddhis, meliputi :

    a.                Pendekatan Bertahap

    b.               Pendekatan Adaptasi

    c.                Pendekatan Ilustratif

    d.               Pendekatan Pengajaran Analitis

    e.                Pendekatan Experimen

    3.   Untuk Mengetahui Kekurangan dan Kelebihan Pembelajaran Buddhis.

     

     


     

    BAB II

    PEMBAHASAN

     

    1.     Pengertian Pendidikan Buddhis

    Pendidikan menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,  kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

    Pendidikan dalam Pali tradisi berarti “Sikha” yang secara umum bahwa pendidikan merupakan proses belajar, pelatihan pelajaran, mempelajari, pengembangan, dan pencapaian penerangan (Vin.IV.23). Secara natural termasuk latihan moral yang tinggi (Sila), konsentrasi (Samadhi), dan kebijaksanaan (Panna) (A.I.231) dan dari kata “Sikha” dikombinasikan dengan kata ‘Pada’ dalam ‘Sikkhapada’ yaitu aturan bidang pendidikan yang mana secara normal dikenal ‘Sekhapatipada’ yaitu suatu latihan bagi pelajar (M,I,354).

    Pendidikan adalah penerusan nilai, pengetahuan, kemampuan, si­kap dan tingkah laku yang dalam arti luas pendidikan merupakan hidup itu sendiri (dan belajar itu seumur hidup), sebagai proses me­nyingkirkan kebodohan dan mendewasakan diri menuju kesempurna­an. Pendefinisian ini mendekati pandangan sosiologis, antropologis dan psikologis. Sistem pembelajaran yang dilakukan oleh Sang Buddha kepada para siswa-Nya dalam memecahkan persoalah-persoalan yang di hadapi sehingga diperoleh pemahaman secara utuh atas persoalah tersebut.

    Pembelajaran Buddhis dilaksanakan guna mengikis noda terburuk yaitu kebodohan, sehingga realita kehidupannya dapat berkembang dengan baik. Dalam pembelajaran buddhis terdapat pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk mempermudah pembelajaran itu dalam mencapai tujuan yang akan dicapai. Pendekatan Pembelajaran adalah sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum yang di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu (Komalasari, 2013: 54).

     

    2.     Pendekatan-Pendekatan dalam Model Pembelajaran Buddhis

    Sang  Buddha menggunakan pendekatan Buddhis untuk mempermudah dalam penyampaian dhamma-Nya yang meliputi adalah pendekatan bertahap, pendekatan adaptation, pendekatan ilustratif, pendekatan analitis, dan pendekatan eksperimen.

    a). Pendekatan Bertahap (Gradual Approach)

    Suatu penyampaian pengajaran kepada pemula dengan mempertimbangkan latar belakang para siswa terlebih dahulu kemudian melakukan langkah-langkah selanjutnya. Berdasarkan potensi atau kapasitas, kebutuhan, sifat dan minat peserta didik. Selain itu pendekatan ini didasarkan pada kelebihan dan kekuatannya, kekurangan dan kelemahan peserta didik.

    Sebelum pendekatan bertahap dilakukan, seorang guru harus terlebih dahulu melihat potensi-potensi yang dimiliki oleh siswanya. Dalam pendekatan bertahap guru memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada siswa tentang materi yang disampaikan sebelum siswa diberi pertanyaan atau mengerjakan tugas.

    Seperti cara Sang Buddha yang menggunakan pendekatan bertahap ini  yaitu dengan memulai sasaran-sasaran yang mudah dicapai untuk mendorong langkah berikutnya (dari yang mudah ke sukar), diumpamakan seperti seorang murid diajarkan menghitung dari satu hingga sepuluh atau seratus, atau seorang murid yang dikenalkan huruf A sampai huruf Z.

     Ajaran Sang Buddha secara bertahap dan sistematis dipelajari dan dilaksanakan, mulai dari peraturan, mengendalikan indriya, hingga mengembangkan konsentrasi dan mencapai jhana (M.III, 1-2). Sang Buddha juga menjelaskan “Aku tidak memelihara bahwa pencapaian tentang pengetahuan secara langsung bagi yang datang dan sebaliknya, mengajar dengan pelajaran berangsur-angsur, praktek, dan pemahaman progresif” (M.I.479; S.II.28; A.I.50).

     

        b). Pendekatan Adaptation (Approach Of Adaptation)

    Pendekatan pembelajaran dengan menyesuaikan terlebih dahulu kondisi lingkungan dan diri pada peserta didik. Lingkungan dan karakteristik dari peserta didik sangat diperlukan dalam pendekatan adaptasi. Dengan lingkungan yang mendukung tentunya pembelajaran akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu, masing-masing karakteristik peserta didik yang berbeda satu sama lain akan membuat guru sulit dalam menentukan pendekatan yang akan digunakan. Maka, guru juga harus memperhatikan terlebih dahulu karakteristik dari masing-masing peserta didik.

    Selain itu guru harus pandai dalam menjalin dan menjaga interaksi yang baik antara guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik lainnya. Dapat mengembangkan potensi atau kemampuan-kemampuan yang di miliki oleh para peserta didik atau tidak mengesampingkan potensi yang dimiliki peserta didik sehingga  guru harus memberikan hak yang sama dan mendorong peserta didik untuk lebih semangat mengembangkan kemampuannya. Kemudian dalam melakukan pendekatan adaptasi guru menyesuaikan atau mengkondisikan besaran materi dengan kemampuan yang dimiliki, dengan kata lain guru menyesuaikan tingkat kemudahan dan kesulitan dari materi pembelajaran yang hendak di sampaikan dengan kemampuan dan daya tangkap peserta didik.

     

    Contoh Buddha beradaptasi dalam praktek gagasan tradisional dan menyesuaikan khotbahnya agar menyenangkan sesuai karakter pendengarnya, suatu metode yang dikenal sebagai “upaya-kosaliya”, yaitu dengan bijaksana dalam mengubah orang (D.III.220). 

     

     c). Pendekatan Ilustratif ( Illustrative Approach)

    Pendekatan ilustratif merupakan penggunaan analogi, kiasan, cerita perumpamaan (upama), penggunaan cerita dan dongeng menarik dari hidup biasa, SangBuddha berucap dengan sajak indah dalam rangka membuat dan menarik secara efektif pendengarnya. seperti yang dikatakan dalam teks: ‘Aku akan memberimu suatu analogi, dengan analogi membuat orang cerdas (vinnupurisa) memahami arti dari apa yang   dikatakan’ (S.II.114; M.I.148) dan ‘menggunakan kiasan dalam rangka pembelajaran menjadi jelas (M.I.155; III.275; It.114).             Sang Buddha memberikan gambaran-gambaran serta wawasan secara mendalam terhadap materi yang disampaikan sehingga para siswa-Nya menjadi tercerahkan. Dasar-dasar Sang Buddha dalam menggunakan pendekatan ini yaitu agar tidak muncul keragu-raguan terhadap Dhamma yang diberikan oleh-Nya, adanya perbedaan tingkat pemahaman dari setiap individu, Buddha selalu menyelesaikan persoalan dalam satu periode, lebih mengefektifkan waktu guna membahas topik-topik yang berbeda pada setiap pertemuan.

    Dalam pendekatan illustratif guru menggunakan perumpamaan-perumpamaan yang mudah dimengerti oleh peserta didik dalam menyampaikan materi pembelajaran. Misalnya guru memberikan perumpamaan ‘besar pasak dari pada tiang’ maksudnya besar pengeluaran dari pada pemasukan dan perumpamaan lainnya.

     

    d). Pendekatan Analitis (Analitytical Approach)

    Yaitu pendekatan dengan menganalisa permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pembelajaran. Contoh Buddha melakukan analisa secara mendalam dalam proses pembelajaran untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi. Dengan keterbatasan yang dimiliki oleh setiap siswa -Nya. Buddha selalu memberikan analisa hingga siswa-Nya dapat tercerahkan.

    Setiap individu memperoleh hak untuk mengembangkan potensinya sehingga di butuhkan pendekatan analitis yang berbeda. Dalam melakukan pendekatan analitis guru harus benar-benar memahami potensi dan minat dari peserta didik.

    Pendekatan analisis  berhubungan dengan kasus pembelajaran untuk pengikut atau pendengar yang cerdas. Keseluruhan pengajaran Buddha diuraikan sebagai suatu pandangan kritis, untuk dibuktikan dan direalisir oleh yang cerdas (viññì, bijaksana), Buddha menghindarkan kritik yang tak berat sebelah dari para intelektual (d.I.161; M.I.400; A.II.56).

     

    e). Pendekatan Eksperimen (Exsperimental Approach)

    Merupakan pendekatan dengan melakukan percobaan atau experimen sehingga memunculkan semangat dalam menerima ajaran atau pembelajaran. Buddha tidak ingin penerima ajarannya tanpa semangat percobaan kritis. Karena biasanya dihormati sebagai ‘Pragmatisme’ dan ‘Rasionalisme’ sebagai manfaat pragmatisme, Buddhis kanonik adalah suatu verifiable sistem filosofi hasil eksperimen yang ditemukan oleh Buddha dipandang dari sudut kesuksesan dan kegagalan dalam penelitian yang bersifat eksperimen untuk kebenaran, yang disintesiskan dengan prinsip ilmiah yang menghormati tradisi lalu.

    Dengan pendekatan experimen siswa membuktikan sendiri  kebenaran suatu teori, sehingga akan mengubah sikap mereka yang tahayul, ialah peristiwa-peristiwa yang tidak masuk akal. Experimen yang dilakukan oleh siswa akan memberikan pengaruh yang sangat besar karena mereka mampu untuk memecahkan suatu masalah melalui percobaan-percobaan yang dilakukan dan hasilnya akan memberikan semangat yang baru dan menuju kearah yang lebih baik untuk melakukan experimen selanjutnya.

     

    3.     Kekurangan dan Kelebihan Model Pembelajaran Buddhis

    Dalam model pembelajaran tentunya terdapat kekurangan dan kelebihan masing masing. Kelebihan dan kekurangan suatu model pembelajaran dapat dilihat dari berbagai sisi, baik dari materi, peserta didik maupun pendidik. Begitu pula dengan metode pembelajaran buddhis, model pembelajaran buddhis mempunyai kekurangan dan kelebihan.

    Kekurangan Model Pembelajaran Buddhis, yaitu :

    Memutuhkan waktu yang cukup lama, karena seorang guru sebelum melakukan model pembelajaran buddhis khususnya dalam pendekatannya harus membuat persiapan yang matang mulai dari materi, lingkungan yang mendukung atau sesuai, bahan untuk melakukan experiment dan sebagainya.

    Membutuhkan kesabaran dan ketekunan karena karakteristik dari peserta didik yang berbeda satu sama lain, guru harus dengan sabar dan tekun dalam menghadapi perbedaan tersebut dan tidak semua peserta didik mempunyai kemampuan yang sama.

    Materi yang di sampaikan harus diulang-ulang. Walaupun seorang guru telah melakukan persiapan yang matang dan pendekatan yang sesuai terkadang masih terdapat peserta didik yang daya tangkapnya kurang sehingga guru harus mengajarkan materinya kembali agar semua peserta didik dapat memahami dan menangkap meteri.

     

    Kelebihan Model Pembelajaran Buddhis, yaitu :

    Tujuan pembelajaran mudah dicapai dan sistematis. Dengan pendekatan-pendekatan yang di lakukan oleh guru disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan potensi peserta didik sehingga mempermudah dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dan dengan menggunakan pendekatan dalam model pembelajaran buddhis , guru dapat mengetahui potensi-potensi oleh peserta didik dan dapat disesuaikan dengan karakter peserta didik, peserta didik dapat membuktikan secara langsung melalaui experiment yang akan membuat lebih aktif, semangat dan menuju kearah keberhailan dalam pembelajaran.

     

     


     

    BAB III

    PENUTUP

     

    Kesimpulan

    Pendidikan buddhis merupakan pendidikan yang diajarkan oleh Sang Buddha kepada siswa-Nya supaya mereka dapat tercerahkan. Sang Buddha mengajarkan siswa-Nya dengan berbagai metode atau pendekatan-pendekatan yang dilakukan. Pendekatan-pendekatan tersebut berguna untuk mempermudah Sang Buddha dalam mengajarkan ajarannya kepada siswa beliau yang masing-masing mempunyai karakteristik dan potensi yang berbeda-beda sehingga ajaran yang disampaikan-Nya dapat denga mudah dipahami oleh para siswa_nya. Karakteristik dan potensi yang berbeda dari siswa-Nya tersebut yang dijadikan acuan dalam menerapkan pendekatan-pendekatan oleh Sang Buddha.

    Pendekatan-pendekatan yang digunakan oleh Sang Buddha dapat diterapkan oleh seorang guru menyampaikan materinya dalam kegiatan pembelajaran  sehingga memungkingkan peserta didik dapat memahami materi denga jelas dan dapat mengaplikasikannya. Pendekatan tersebut meliputi pendekatan bertahap, pendekatan adaptasi, pendekatan ilistratif, pendekatan analitis, dan pendekatan eksperimen. Kelima pendekatan tersebut tentunya mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing, hanya bagaimana guru menerapkan pendekatan-pendekatan ini sesuai dan bijaksana.

    DAFTAR PUSTAKA

    Wijaya-Mukti, Krisnanda. 2003. Wacana Buddha-Dharma. Jakarta:

    Yayasan Dharma Pembangunan bekerjasama dengan Ekayana

    Buddhist Centre.

    Rusman. 2011. Model-model pembelajaran. Bandung: PT grafindo Persada.

    Pandoyo. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Semarang: IKIP Semarang Press.



  • Copyright © - Jendela Dunia

    Jendela Dunia - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan