Makalah Pendidikan Buddhis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan pada hakekatnya
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dalam setiap dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN No. 20 tahun 2003). Sedangkan arti dari pembelajaran
merupakan suatu system intruksional, yang mengacu pada seperangkat komponen
yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Selain suatu
system, pembelajaran meliputi suatu komponen, antara lain tujuan, bahan,
pesertadidik, guru, metode, situasi, dan evaluasi. Agar tujuan itu tercapai,
semua komponen yang ada harus di organisasikan sehingga antar sesame komponen terjadi
kerjasama.
Pendidikan adalah wahana untuk mencari suatu ilmu baik secara formal
maupun informal. Pendidikan dalam arti luas merupakan hidup itu sendiri, sebagai
proses menyingkirkan kebodohan dan mendewasakan diri menjadi kesempurnaan, salah
satunya adalah Pendidikan Buddhis. Tujuan umum pendidikan tak berbeda dengan
tujuan pembabaran agama sebagaimana yang diamanatkan oleh Buddha kepada enam
puluh orang Arahat. Mereka mengemban misi atas dasar kasih sayang, demi
kebaikan, membawa kesejahteraan, keselamatan dan kebahagiaan bagi orang banyak
(Vin.I.21). Karena mendatangkan kebaikan ini, memiliki pengetahuan dan
keterampilan merupakan berkah utama (Mangala-sutta).
Pendidikan Buddhis merupakan pendidikan dengan mengaplikasikan
sutta-sutta dari khotbah Sang Buddha kedalam kehidupan sehari-hari melalui
pendekatan-pendekatannya . Sang Buddha mengajarkan khotbah-Nya di tempat yang
berbeda dan tidak kepada semua umat manusia begitu saja, namun Sang Buddha menyesuaikan
dengan karakter pendengar dan keadaan batinnya. Sehingga dhamma yang diberikan
dapat dipahami dan dilaksanakan oleh siswa-Nya.
Dalam menerapkan pendidikan buddhis tentunya seorang guru atau
pendidik melakukan pendekatan-pendekatan seperti yang dilakukan oleh Sang
Buddha yang disesuaikan dengan karakter dari masing-masing peserta didik. Dengan
melakukan pendekatan-pendekatan yang sesuai akan mempermudah pendidik dalam
melaksanakan pembelajaran sehingga tujuan pendidikan yang diharapkan dapat
tercapai dengan baik.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
pada latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah dalam
makalah ini, sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud
dengan Model Pendididkan Buddhis?
2. Apa yang dimaksud
dengan Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran Budhhis yang meliputi:
a.
Pendekatan Bertahap
b.
Pendekatan Adaptasi
c.
Pendekatan Ilustratif
d.
Pendekatan Pengajaran
Analitis
e.
Pendekatan Experimen
3. Apa saja Kelebihan dan Kekurangan dari Pembelajaran Buddhis?
C. Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai tugas kelompok
Mata Kuliah “Strategi Pembelajaran 2”
yang diampu oleh dosen Kabri Nyana
Karuno S.Ag., M.Pd.,M.Pd.B. dan tujuan lainnya dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk
Mengetahui Pengertian Pembelajaran Buddhis.
2. Untuk
Mengetahui Pendekatan-Pendekatan
Pembelajaran Buddhis, meliputi :
a.
Pendekatan Bertahap
b.
Pendekatan Adaptasi
c.
Pendekatan Ilustratif
d.
Pendekatan Pengajaran
Analitis
e.
Pendekatan Experimen
3.
Untuk Mengetahui Kekurangan dan Kelebihan Pembelajaran Buddhis.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Pendidikan Buddhis
Pendidikan menurut kamus besar Bahasa
Indonesia adalah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan,
proses, cara, perbuatan mendidik. Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan dalam Pali tradisi
berarti “Sikha” yang secara umum bahwa pendidikan merupakan proses belajar,
pelatihan pelajaran, mempelajari, pengembangan, dan pencapaian penerangan
(Vin.IV.23). Secara natural termasuk latihan moral yang tinggi (Sila), konsentrasi
(Samadhi), dan kebijaksanaan (Panna) (A.I.231) dan dari kata “Sikha”
dikombinasikan dengan kata ‘Pada’ dalam ‘Sikkhapada’ yaitu aturan bidang
pendidikan yang mana secara normal dikenal ‘Sekhapatipada’ yaitu suatu latihan
bagi pelajar (M,I,354).
Pendidikan adalah penerusan nilai,
pengetahuan, kemampuan, sikap dan tingkah laku yang dalam arti luas pendidikan
merupakan hidup itu sendiri (dan belajar itu seumur hidup), sebagai proses menyingkirkan
kebodohan dan mendewasakan diri menuju kesempurnaan. Pendefinisian ini
mendekati pandangan sosiologis, antropologis dan psikologis. Sistem
pembelajaran yang dilakukan oleh Sang Buddha kepada para siswa-Nya dalam memecahkan persoalah-persoalan yang di hadapi
sehingga diperoleh pemahaman secara utuh atas persoalah tersebut.
Pembelajaran
Buddhis dilaksanakan guna mengikis noda terburuk yaitu kebodohan, sehingga realita
kehidupannya dapat berkembang dengan baik. Dalam pembelajaran buddhis terdapat pendekatan-pendekatan
yang digunakan untuk mempermudah pembelajaran itu dalam mencapai tujuan yang
akan dicapai. Pendekatan Pembelajaran adalah sudut pandang terhadap proses
pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum yang di dalamnya mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu
(Komalasari, 2013: 54).
2.
Pendekatan-Pendekatan dalam Model Pembelajaran
Buddhis
Sang Buddha menggunakan pendekatan Buddhis untuk
mempermudah dalam penyampaian dhamma-Nya yang meliputi adalah pendekatan
bertahap, pendekatan adaptation, pendekatan ilustratif, pendekatan analitis, dan pendekatan
eksperimen.
a). Pendekatan Bertahap (Gradual Approach)
Suatu penyampaian pengajaran kepada pemula dengan mempertimbangkan
latar belakang para siswa terlebih dahulu kemudian melakukan langkah-langkah
selanjutnya. Berdasarkan potensi atau kapasitas, kebutuhan, sifat dan minat
peserta didik. Selain itu pendekatan ini didasarkan pada kelebihan dan
kekuatannya, kekurangan dan kelemahan peserta didik.
Sebelum pendekatan bertahap dilakukan, seorang guru harus terlebih
dahulu melihat potensi-potensi yang dimiliki oleh siswanya. Dalam pendekatan
bertahap guru memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada siswa tentang materi
yang disampaikan sebelum siswa diberi pertanyaan atau mengerjakan tugas.
Seperti cara Sang Buddha yang menggunakan pendekatan bertahap
ini yaitu dengan memulai sasaran-sasaran yang mudah dicapai untuk mendorong langkah
berikutnya (dari yang mudah ke sukar), diumpamakan seperti seorang murid
diajarkan menghitung dari satu hingga sepuluh atau seratus, atau seorang murid
yang dikenalkan huruf A sampai huruf Z.
Ajaran Sang Buddha secara
bertahap dan sistematis dipelajari dan dilaksanakan, mulai dari peraturan,
mengendalikan indriya, hingga mengembangkan konsentrasi dan mencapai jhana
(M.III, 1-2). Sang Buddha juga
menjelaskan “Aku tidak memelihara bahwa pencapaian tentang pengetahuan secara
langsung bagi yang datang dan sebaliknya, mengajar dengan pelajaran
berangsur-angsur, praktek, dan pemahaman progresif” (M.I.479; S.II.28; A.I.50).
b). Pendekatan Adaptation (Approach Of Adaptation)
Pendekatan pembelajaran dengan menyesuaikan terlebih dahulu kondisi lingkungan
dan diri pada peserta didik. Lingkungan dan karakteristik dari peserta didik
sangat diperlukan dalam pendekatan adaptasi. Dengan lingkungan yang mendukung
tentunya pembelajaran akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu,
masing-masing karakteristik peserta didik yang berbeda satu sama lain akan
membuat guru sulit dalam menentukan pendekatan yang akan digunakan. Maka, guru
juga harus memperhatikan terlebih dahulu karakteristik dari masing-masing
peserta didik.
Selain itu guru harus pandai dalam
menjalin dan menjaga interaksi yang baik antara guru dengan peserta didik dan
peserta didik dengan peserta didik lainnya. Dapat mengembangkan potensi atau
kemampuan-kemampuan yang di miliki oleh para peserta didik atau tidak
mengesampingkan potensi yang dimiliki peserta didik sehingga guru harus memberikan hak yang sama dan
mendorong peserta didik untuk lebih semangat mengembangkan kemampuannya. Kemudian dalam melakukan pendekatan adaptasi guru menyesuaikan atau mengkondisikan
besaran materi dengan kemampuan yang dimiliki, dengan kata lain guru
menyesuaikan tingkat kemudahan dan kesulitan dari materi pembelajaran yang
hendak di sampaikan dengan kemampuan dan daya tangkap peserta didik.
Contoh Buddha beradaptasi dalam praktek gagasan tradisional dan
menyesuaikan khotbahnya agar menyenangkan sesuai karakter pendengarnya, suatu
metode yang dikenal sebagai “upaya-kosaliya”, yaitu dengan bijaksana dalam
mengubah orang (D.III.220).
c). Pendekatan Ilustratif ( Illustrative Approach)
Pendekatan ilustratif merupakan penggunaan analogi, kiasan, cerita
perumpamaan (upama), penggunaan cerita dan dongeng menarik dari hidup biasa, SangBuddha
berucap dengan sajak indah dalam rangka membuat dan menarik secara efektif
pendengarnya. seperti yang dikatakan dalam teks: ‘Aku akan memberimu suatu
analogi, dengan analogi membuat orang cerdas (vinnupurisa) memahami arti dari
apa yang dikatakan’ (S.II.114; M.I.148) dan ‘menggunakan kiasan
dalam rangka pembelajaran menjadi jelas (M.I.155; III.275; It.114). Sang Buddha memberikan gambaran-gambaran
serta wawasan secara mendalam terhadap materi yang disampaikan sehingga para siswa-Nya
menjadi tercerahkan. Dasar-dasar Sang Buddha dalam menggunakan pendekatan ini
yaitu agar tidak muncul keragu-raguan terhadap Dhamma yang diberikan oleh-Nya,
adanya perbedaan tingkat pemahaman dari setiap individu, Buddha selalu
menyelesaikan persoalan dalam satu periode, lebih mengefektifkan waktu guna
membahas topik-topik yang berbeda pada setiap pertemuan.
Dalam pendekatan illustratif guru menggunakan
perumpamaan-perumpamaan yang mudah dimengerti oleh peserta didik dalam
menyampaikan materi pembelajaran. Misalnya guru memberikan perumpamaan ‘besar
pasak dari pada tiang’ maksudnya besar pengeluaran dari pada pemasukan dan
perumpamaan lainnya.
d). Pendekatan Analitis (Analitytical Approach)
Yaitu pendekatan dengan menganalisa permasalahan-permasalahan yang
timbul dalam pembelajaran. Contoh Buddha melakukan analisa secara mendalam dalam
proses pembelajaran untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi. Dengan keterbatasan
yang dimiliki oleh setiap siswa -Nya. Buddha selalu memberikan analisa hingga siswa-Nya
dapat tercerahkan.
Setiap individu memperoleh hak untuk mengembangkan potensinya sehingga
di butuhkan pendekatan analitis yang berbeda. Dalam melakukan pendekatan
analitis guru harus benar-benar memahami potensi dan minat dari peserta didik.
Pendekatan analisis
berhubungan dengan kasus pembelajaran untuk pengikut atau pendengar yang
cerdas. Keseluruhan pengajaran Buddha diuraikan sebagai suatu pandangan kritis,
untuk dibuktikan dan direalisir oleh yang cerdas (viññì, bijaksana), Buddha
menghindarkan kritik yang tak berat sebelah dari para intelektual (d.I.161;
M.I.400; A.II.56).
e). Pendekatan Eksperimen (Exsperimental Approach)
Merupakan pendekatan dengan melakukan percobaan atau experimen
sehingga memunculkan semangat dalam menerima ajaran atau pembelajaran. Buddha
tidak ingin penerima ajarannya tanpa semangat percobaan kritis. Karena biasanya
dihormati sebagai ‘Pragmatisme’ dan ‘Rasionalisme’ sebagai manfaat pragmatisme,
Buddhis kanonik adalah suatu verifiable sistem filosofi hasil eksperimen yang
ditemukan oleh Buddha dipandang dari sudut kesuksesan dan kegagalan dalam
penelitian yang bersifat eksperimen untuk kebenaran, yang disintesiskan dengan
prinsip ilmiah yang menghormati tradisi lalu.
Dengan pendekatan experimen siswa membuktikan sendiri kebenaran suatu teori, sehingga akan mengubah
sikap mereka yang tahayul, ialah peristiwa-peristiwa yang tidak masuk akal. Experimen
yang dilakukan oleh siswa akan memberikan pengaruh yang sangat besar karena mereka
mampu untuk memecahkan suatu masalah melalui percobaan-percobaan yang dilakukan
dan hasilnya akan memberikan semangat yang baru dan menuju kearah yang lebih
baik untuk melakukan experimen selanjutnya.
3.
Kekurangan
dan Kelebihan Model Pembelajaran Buddhis
Dalam model pembelajaran tentunya
terdapat kekurangan dan kelebihan masing masing. Kelebihan dan kekurangan suatu
model pembelajaran dapat dilihat dari berbagai sisi, baik dari materi, peserta
didik maupun pendidik. Begitu pula dengan metode pembelajaran buddhis, model
pembelajaran buddhis mempunyai kekurangan dan kelebihan.
Kekurangan Model Pembelajaran Buddhis,
yaitu :
Memutuhkan
waktu yang cukup lama, karena seorang guru sebelum melakukan model pembelajaran
buddhis khususnya dalam pendekatannya harus membuat persiapan yang matang mulai
dari materi, lingkungan yang mendukung atau sesuai, bahan untuk melakukan
experiment dan sebagainya.
Membutuhkan kesabaran dan ketekunan
karena karakteristik dari peserta didik yang berbeda satu sama lain, guru harus
dengan sabar dan tekun dalam menghadapi perbedaan tersebut dan tidak semua
peserta didik mempunyai kemampuan yang sama.
Materi yang di sampaikan harus diulang-ulang.
Walaupun seorang guru telah melakukan persiapan yang matang dan pendekatan yang
sesuai terkadang masih terdapat peserta didik yang daya tangkapnya kurang
sehingga guru harus mengajarkan materinya kembali agar semua peserta didik
dapat memahami dan menangkap meteri.
Kelebihan Model Pembelajaran Buddhis,
yaitu :
Tujuan pembelajaran mudah dicapai dan sistematis.
Dengan pendekatan-pendekatan yang di lakukan oleh guru disesuaikan dengan
tingkat kemampuan dan potensi peserta didik sehingga mempermudah dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Dan dengan menggunakan pendekatan dalam model pembelajaran
buddhis , guru dapat mengetahui potensi-potensi oleh peserta didik dan dapat
disesuaikan dengan karakter peserta didik, peserta didik dapat membuktikan
secara langsung melalaui experiment yang akan membuat lebih aktif, semangat dan
menuju kearah keberhailan dalam pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan buddhis merupakan
pendidikan yang diajarkan oleh Sang Buddha kepada siswa-Nya supaya mereka dapat
tercerahkan. Sang Buddha mengajarkan siswa-Nya dengan berbagai metode atau
pendekatan-pendekatan yang dilakukan. Pendekatan-pendekatan tersebut berguna
untuk mempermudah Sang Buddha dalam mengajarkan ajarannya kepada siswa beliau
yang masing-masing mempunyai karakteristik dan potensi yang berbeda-beda
sehingga ajaran yang disampaikan-Nya dapat denga mudah dipahami oleh para
siswa_nya. Karakteristik dan potensi yang berbeda dari siswa-Nya tersebut yang
dijadikan acuan dalam menerapkan pendekatan-pendekatan oleh Sang Buddha.
Pendekatan-pendekatan yang digunakan
oleh Sang Buddha dapat diterapkan oleh seorang guru menyampaikan materinya
dalam kegiatan pembelajaran sehingga
memungkingkan peserta didik dapat memahami materi denga jelas dan dapat
mengaplikasikannya. Pendekatan tersebut meliputi pendekatan bertahap,
pendekatan adaptasi, pendekatan ilistratif, pendekatan analitis, dan pendekatan
eksperimen. Kelima pendekatan tersebut tentunya mempunyai kekurangan dan
kelebihan masing-masing, hanya bagaimana guru menerapkan pendekatan-pendekatan
ini sesuai dan bijaksana.
DAFTAR
PUSTAKA
Wijaya-Mukti, Krisnanda. 2003. Wacana Buddha-Dharma. Jakarta:
Yayasan Dharma Pembangunan bekerjasama dengan Ekayana
Buddhist Centre.
Rusman. 2011. Model-model
pembelajaran. Bandung: PT grafindo Persada.
Pandoyo. 1992. Strategi
Belajar Mengajar. Semarang: IKIP Semarang Press.