• Penelitian Kuantitatif

    2
    PENGARUH KEDISIPLINAN DIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA AGAMA BUDDHA DI SMK PEMBANGUNAN AMPEL TAHUN PELAJARAN 2016/2017.

    Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah
    Metode Penelitian Kuanitatif
    Dosen Pengampu: Supartono Khemacaro, S.Pd.,M.Si.,M.Pd.B


    logo STIAB.jpg

    Disusun Oleh:
    Nama : Triyani
    NPM : 1408211183

    PROGRAM STUDI DHARMA ACHARIYA
    SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA BUDDHA ( STIAB )
    “ SMARATUNGGA ”
    BOYOLALI
    2017


    A.      JUDUL
    PENGARUH KEDISIPLINAN DIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA AGAMA BUDDHA DI SMK PEMBANGUNAN AMPEL TAHUN PELAJARAN 2016/2017.
    B.     LATAR BELAKANG MASALAH
    Pendidikan yang dilaksanakan merupakan usaha sadar dan terencana dalam menciptakan suasana belajar agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif untuk memiliki kepribadian, kecerdasan, sikap sosial dan spritual, keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
    Proses pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari input, proses dan output. Input terdiri dari peserta didik yang akan melaksanakan aktivitas belajar, proses merupakan kegiatan dari belajar mengajar, sedangkan output merupakan hasil dari proses yang dilaksanakan (Sutarto, 1999:27).
    Pendidikan dalam agama Buddha berasal dari kata Sikkha (latihan), bahwa pendidikan merupakan proses belajar, latihan belajar, mengajari, mengembangkan dan pencapaian penerangan sempurna. Pendidikan merupakan wahana instrument yang digunakan sebagai pembebasan dari keterbelakangan, kebodohan dan kemiskinan serta mendewasakan diri menuju kesempurnaan (Vin. IV, 23).
    Tujuan pendidikan pada lembaga pendidikan sekolah menengah yaitu meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. 
    Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku dalam rangka mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitiff, psikomotorik maupun sikap. Kegiatan belajar dapat dilakukan di sekolah, di rumah dan di tempat lain. Belajar merupakan hal yang kompleks, kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subyek yaitu peserta didik dan guru. Dari segi peserta didik, belajar dialami sebagai suatu proses. Peserta didik mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Dari segi guru, proses belajar tampak sebagai perilaku belajar tentang suatu hal. Belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu.
    Keberhasilan dalam belajar siswa dapat dilihat dari hasil belajar yang baik. Hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar. Pengenalan seseorang terhadap hasil atau kemajuan belajarnya sangat penting, karena dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah dicapai maka peserta didik akan lebih semangat untuk belajar.
    Upaya peserta didik dalam mencapai keberhasilan belajar tersebut meliputi rajin belajar, berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru, dan menaati segala tata tertib. Baik atau tidak baiknya hasil belajar yang diperoleh peserta didik dalam belajar juga tergantung pada kedisiplinan diri peserta didik. Semakin baik kedisiplinan diri tersebut maka semakin baik pula hasil belajar yang diperolehnya. Sebaliknya, buruknya kedisiplian diri maka akan mempengaruhi hasil belajar yang tidak optimal.
    Hasil belajar sangat dipengaruhi oleh kedisiplinan diri peserta didik. dalam pembelajaran kedisiplinan setiap peserta didik berbeda-beda. Disiplin artinya taat pada peraturan yang berlaku. Disiplin harus dilakukan dimana saja, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Kedisiplinan yaitu melakukan suatu kegiatan secara teratur, sesuai waktu, tempat, dan kondisi kita.
    Penerapan disiplin di sekolah sangat terlihat jelas dan tegas, hal ini terlihat pada tata tertib yang diberlakukan dan disertai dengan sanksi-sanksi pada setiap pelanggaran tata tertib. Peraturan yang ada di sekolah berlaku untuk guru yang di patuhi secara konsisten dan konsekuen. Kegiatan belajar perlu menerapkan suatu kedisiplinan, baik di rumah, di sekolah maupun lingkkungan masyarakat.
    Dewasa ini tumbuh banyak sekali kenakalan-kenakalan yang ditujukan anak-anak sekolah yang mulai menuju masa keremajaan, khususnya anak-anak pada jenjang SMA/SMK. Bentuk-bentuk kenakalan disebabkan oleh kurangnya perhatian dan motivasi dari orang tua, pengaruh dari pergaulan teman yang memiliki aktivitas sehari-hari kurang baik serta pengaruh dari lingkungan tempat tinggal. Hal ini akan menyebabkan kurangnya kedisiplinan diri di sekolah yang akhirnya berpengaruh pada hasil belajar peserta didik.
    Fenomena yang terjadi di lapangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK ) menerangkan bahwa tingkat kedisiplinan masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari data yang ada seperti hasil yang diperoleh dari nilai ulangan harian, absensi, dan nilai akhir semester. Berbagai permasalahan yang terjadi yaitu kurangnya perhatian dan motivasi oraangtua, malas untuk belajar, sering membolos, sering masuk BP, tidak mengerjakan tugas, terlambat masuk kelas, dan tidak mematuhi aturan-aturan yang ada lainnya.
    Hasil belajar peserta didik yang tidak baik atau kurang optimal, salah satunya dipengaruhi oleh kedisiplinan diri. Apabila hal tersebut dibiarkan maka tingkat keberhasilah pada anak akan semakin rendah, sehingga tidak ada kemauan dalam diri anak untuk lebih maju. Peserta didik yang memiliki kedisiplinan diri yang baik dapat di asumsikan kalau hasil belajarnya juga baik.
    Dari fenomena diatas peneliti tertarik melakukan penelitian kepada peserta didik berjumlah 32 siswa yang beragama Buddha dari kelas X-XII  Sekolah Menengah Kejuruan untuk mengetahui “Seberapa Besar Pengaruh Kedisiplinan Diri Terhadap Hasil Belajar Siswa Beragama Buddha Di SMK Pembangunan Ampel Tahun Pelajaran 2016/2017”.
    C.    IDENTIFIKASI MASALAH
    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar kedisiplinan diri mempengaruhi hasil belajar siswa yang beragama Buddha di  SMK Pembangunan Ampel tahun pelajaran 2016/2017.
    D.    BATASAN MASALAH
    Peneliti membatasi masalah untuk mempermudah penelitian dan tidak terlalu luas maka peneliti berfokus pada “Pengaruh Kedisiplinan Diri Terhadap Hasil Belajar Siswa Beragama Buddha Di SMK Pembangunan Ampel Tahun Pelajaran 2016/2017”.
    E.     RUMUSAN MASALAH
    Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut : Adakah Pengaruh Kedisiplinan Diri Terhadap Hasil Belajar Siswa Yang Beragama Buddha Di SMK Pembangunan Ampel Tahun Pelajaran 2016/2017 ?
    F.     TUJUAN PENELITIAN
    Tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti adalah untuk mengetahui seberapa besar Pengaruh Kedisiplinan Diri Terhadap Hasil Belajar Siswa Beragama Buddha Di SMK Pembangunan Ampel Tahun Pelajaran 2016/2017.
    G.    MANFAAT PENELITIAN
    1.            Manfaat Teoritis
    Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi perkembangan siswa yang beragama Buddha di SMK Pembangunan Ampel menyangkut kedisiplinan diri dan hasil belajar.
    2.            Manfaat Praktis
    a.       Bagi Peneliti
    Menambah pengetahuan, wawasan dan kemampuan peneliti dalam melaksanakan kegiatan yang bersifat ilmiah.
    b.      Bagi Siswa
    Dapat mengetahui seberapa besar pengaruh kedisiplinan diri terhadap hasil belajar siswa.
    H.    LANDASAN TEORI
    1.  Kedisiplinan
    a.      Pengertian Kedisiplinan
    Istilah disiplin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang menunjukan pada kegiatan belajar mengajar. Dalam Bahasa Inggris “Disciple” yang berarti mengikuti orang untuk belajar di bawah pengawasan seorang pemimpin. Dalam kegiatan belajar tersebut, bawahan dilatih untuk taat pada setiap peraturan yang dibuat oleh pemimpin (Tulus, 2004:30).
    Disiplin artinya taat pada peraturan yang berlaku. Disiplin harus dilakukan dimana saja,. Kedisiplinan yaitu melakukan suatu kegiatan secara teratur, sesuai waktu, tempat, dan kondisi kita. Dalam kehidupan sehari-hari kedisiplinan perlu diterapkan agar tercipta suatu keteraturan dan ketertiban (Fitria, 2006:11).
    Disiplin tampak dari ketaatan pada suatu sistem nilai yang terkait dengan hak dan kewajiban (Mukti, 2003:325). Penegakkan disiplin menghendaki setiap individu memahami aturan-aturan untuk memelihara kepentingan masyarakat dan menjaga keharmonisan hubungan antar manusia dan lingkungan. Dengan menerapkan disiplin akan membawa pada kebahagiaan, keharmonisan dan persaudaraan semua makhluk. Disiplin dalam memenuhi aturan diibaratkan oleh Sang Buddha seperti gembala dengan tongkat mengawasi sapi-sapinya sehingga tidak berkeliaran dan merusak tanaman orang lain (A.V.70).
    Pendisiplinan tidak lepas dari kode disiplin untuk pelaksanaan peraturan. Kode disiplin terdapat paraturan-peraturan tertentu yang secara langsung berkaitan dengan perilaku seseorang dalam kehidupan masyarakat disamping peraturan-peraturan yang hanya berkenaan dengan moral pribadinya (Rashid, 1997:7).
    Penerapan disiplin di sekolah sangat terlihat jelas dan tegas, hal ini terlihat pada tata tertib yang diberlakukan dan disertai dengan sanksi-sanksi. Peraturan yang ada disekolah berlaku untuk guru dan siswa kemudian dipatuhi secara konsisten dan konsekuen. Tata tertib yang dirancang dan dipatuhi dengan baik akan memberi pengaruh bagi terciptanya sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang kondusif untuk kegiatan belajar mengajar. Melaksanakan disiplin pada dasarnya adalah menaklukkan diri sendiri, “Sesungguhnya menaklukkan diri sendiri lebih baik daripada menaklukkan orang lain, orang yang menaklukkan diri sendiri hidupnya terkendali (Dhp. 104).
    Disiplin dalam kegiatan belajar merupakan keharusan bagi siswa yang ingin memperoleh hasil belajar yang baik bahkan prestasi yang memuaskan. Disiplin belajar kaitannya dengan ketertiban dalam melakukan aktivitas siswa di lingkungan belajar.
    b.      Peraturan Dalam Disiplin Belajar
    Disiplin belajar merupakan ketaatan peserta didik terhadap peraturan-peraturan yang berlaku dilingkungan belajar, antara lain :
    1.      Disiplin dalam mematuhi peraturan di sekolah.
    Patokan-patokan standar yang harus dipenuhi oleh siswa meliputi hal-hal yang ada dilingkungan sekolah dan didalam kelas.
    2.      Disiplin dalam mengikuti pelajaran.
    Disiplin merupakan suatu masalah penting. Tanpa adanya kesadaran akan keharusan melaksanakan aturan yang sudah ditentukan sebelumnya, maka pengajaran tidak mungkin dapat mencapai target maksimal.
    3.      Disiplin dalam diri siswa.
    Semua siswa diberikan kesempatan untuk melakukan apa saja yang dikehendaki dalam lingkungannya dengan memperhatikan peraturan dan manfaat dari kegiatan yang dilakukan. Sehingga siswa dapat menentukan suatu perilaku yang berarti bagi dirinya. Disiplin sangat penting dan dibutuhkan bagi semua siswa yang menginginkan hasil belajar yang optimal. Disiplin juga menjadi syarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan berdisiplin siswa.
    c.       Fungsi Disiplin
    Dalam pembelajaran disiplin mempunyai berbagai fungsi, seperti :
    1.      Menata kehidupan bersama.
    Manusia merupakan makhluk yang memiliki ciri, sifat, kepribadian, latar belakang dan pola pikir yang berbeda satu sama lain. Selain sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial. Dalam hubungan sosial tersebut dibutuhkan adanya norma, nilai dan peraturan untuk mengatur agar kehidupan dan kegiatannya dapat berjalan dengan baik.
    2.      Membangun kepribadian.
    Pertumbuhan kepribadian seseorang dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah. Oleh karena itu dengan disiplin seseorang dibiasakan mengikuti, mematuhi dan menaati peraturan yang berlaku. Akhirnya akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Terutama bagi siswa yang sedang tumbuh kepribadiannya, karena lingkungan sekolah yang tenang dan tentram berperan dalam membangun kepribadian yang baik.
    3.      Melatih kepribadian.
    Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berkedisiplinan tidak terbentuk serta merta dalam waktu yang singkat. Namun hal ini terbentuk melalui suatu proses yang membutuhkan waktu panjang dan terus dilakukan latihan, pembiasaan diri, mencoba, dan berusaha.
    4.      Pemaksaan.
    Disiplin dapat berfungsi sebagai pemaksaan kepada sesorang untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku dilingkungannya. Disiplin bukan hanya soal mengikuti dan menaati aturan, melainkan sudah meningkatkan disiplin berpikir yang mengatur dan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan.
    5.      Hukuman.
    Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-hal positif yang harus dilakukan oleh semua siswa. Disamping berisi sanksi atau hukuman bagi yang melangarnya. Ancaman sanksi atau hukuman sangat penting karena memberikan dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk menaati dan mematuhi semua tata tertib di sekolah.
    6.      Menciptakan lingkungan yang kondusif.
    Peraturan sekolah yang telah ditetapkan memberi pengaruh bagi terciptanya lingkungan yang kondusif untuk kegiatan pembelajaran. Tanpa ketertiban, susasana kondusif bagi pembelajaran akan terganggu sehingga akan menghambat proses pencapaian prestasi belajar (Tulus, 2004:38).
    Jadi kedisiplinan sangat diperlukan dalam bidang pendidikan, kedisiplinan adalah tata perilaku seseorang untuk menaati peraturan yang telah ditetapkan dan akan memberi sanksi bagi yang melanggarnya. Dengan menerapkan kedisiplinan, akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang optimal.
    2. Belajar
    a.      Pengertian Belajar
    Belajar merupakan aktivitas yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan khususnya untuk mencapai prestasi belajar. Melalui proses belajar dapat diperoleh pengetahuan dan pengalaman yang sangat diperlukan bagi seorang untuk mencapai cita-citanya.
    Belajar adalah suatu proses yang terjadi didalam diri individu yang diaktifkan oleh diri sendiri (Mukti, 2003:311). Belajar adalah berusaha mendapat suatu kepandaian (Poerwadarminto, 1988:108). Menurut Darsono (2000:4) belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap.
    Dalam UU RI No 20 tahun 2003 dijelaskan tentang Sisdiknas pasal 3 yang berbunyi untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kapada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sebagaimana tujuan pembabaran Dhamma dari Sang Buddha kepada enam puluh arahat. Mereka mengembang misi atas dasar kasih sayang, demi kebaikan, membawa kesejahteraan, keselamatan dan kebahagiaan bagi orang banyak (Vin.I.21). Karena mendatangkan kebaikan, memiliki pengetahuan dan keterampilan merupakan berkah utama.
    Pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku dalam rangka mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap. Disamping ketiga aspek diatas, subyek didik juga harus mempunyai tujuan yang akan dicapai agar dapat menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam belajar. “Dengan belajar akan meningkatkan pengetahuan, dengan pengetahuan akan meningkatkan kebijaksanaan, dengan kebijaksanaan akan mengetahui tujuan, dengan mengetahui tujuan akan membawa kebahagiaan (Theragatha, 141)”.
    b.      Hasil Belajar
    Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2002:22). Mutu hasil belajar terwujud dalam perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Arikunto (1992:7) yang mengatakan bahwa “Tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk mengetahui apakah materi yang sudah diberikan sudah dipahami oleh siswa dan apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum”.
    Anni (2006:4) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar juga merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar (Nashar, 2004:77). Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa (Hamalik, 1994:159).
    Seseorang dapat dikatakan telah belajar sesuatu apabila dalam dirinya telah terjadi suatu perubahan, akan tetapi tidak semua perubahan yang terjadi. Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil belajar untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses belajar.
    Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematis, dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek atau produk, portofolio, serta penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompook Mata Pelajaran (Rusman, 2010:13).
    c.       Fungsi Hasil Belajar
    1.    Fungsi Diagnostik dan Pengembangan
    Hasil evaluasi menggambarkan kemajuan, kegagalan dan kesulitan masing-masing siswa. Menentukan jenis dan tingkat kesulitan siswa serta faktor penyebabnya dapat diketahui dari hasil belajar atau hasil evaluasi tersebut.
    2.    Fungsi Seleksi
    Hasil belajar dapat digunakan dalam rangka, menyeleksi calon siswa dalam rangka penerimaan siswa baru atau melanjutkan kejenjang pendidikan selanjutnya. Siswa yang lulus seleksi berarti telah memenuhi persyaratan pengetahuan dan keterampilan yang telah ditetapkan, sehingga yang bersangkutan dapat diterima pada jenjang pendidikan tertentu.
    3.    Fungsi Kenaikan Kelas
    Hasil belajar digunakan untuk meenetapkan siswa mana yang memenuhi rangking atau ukuran yang ditetapkan dalam rangka kenaikan kelas. Sebaliknya siswa yang tidak memenuhi rangking tersebut dinyatakan tidak naik kelas atau gagal dan harus mengulangi program studi yang sama sebelumnya.
    4.    Fungsi Penetapan para lulusan, dimana mereka yang ingin bekerja pada suatu instansi atau perusahaan perlu menyiapkan transkip program studi yang telah ditempuhnya, yang juga memuat nilai-nilai hasil belajar. Jadi evaluasi hasil penilaian berfungsi menyediakan data tentang lulusan agar dapat ditempatkan sesuai dengan kemampuannya.
    d.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
    Dalyono (1997: 55-66) mengatakan bahwa berhasil tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh dua faktor, yaitu:
    1.    Faktor Intern (berasal dari diri individu)
    a.       Kesehatan
    Kesehatan jasmani dan  rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang tidak selalu sehat, sakit kepala, demam, pilek batuk dan sebagainya dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. Demikian pula halnya jika kesehatan rohani (jiwa) kurang baik (Anissatul, 2009:31).
    Sehingga kesehatan itu penting dalam dunia pendidikan karena apabila kita sehat maka kita akan semangat untuk belajar dan menghasilkan hasil belajar yang optimal.
    b.      Intelegensi dan Bakat
    Intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Sedangkan bakat merupakan faktor yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar, karena belajar pada bidang yang sesuai dengan bakatnya akan memperbesar kemungkinan untuk berhasil (Anissatul, 2009:30).
    Kedua aspek kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Jika seseorang mempunyai intelegensi yang tinggi dan bakatnya ada dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajar akan lebih mudah dibandingkan orang yang hanya memiliki intelegensi atau bakat saja.
    c.       Minat dan Motivasi
    Minat dapat timbul karena adanya daya tarik dari luar dan juga datang dari sanubari. Minat dapat mempengaruhi proses belajar, karena belajar tanpa minat yang sungguh-sungguh tidak akan berhasil didalam proses pembelajaran. Sedangkan belajar apabila dengan memiliki minat yang sungguh-sungguh dalam proses belajar mengajar maka hasilnya akan lebih baik.
    Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Apabila motivasi lemah atau tidak ada sama sekali motivasi belajar maka akan melemahkan kegiatan belajar (Mudjiono, 2009:239). Peserta didik yang mempunyai motivasi yang baik akan mendorong dirinya untuk rajin belajar, karena belajar yang didasari motivasi yang kuat akan meningkatkan hasil belajar yang optimal (Anissatul, 2009:30).
    d.      Cara Belajar
    Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologi, psikologis, dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang baik. Belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, hal ini tergantung dengan kenyaman siswa sendiri dalam belajar. Seperti belajar di dalam kamar dengan tertutup tanpa ada suara, belajar di bawah pohon sambil mendengarkan musik, dan cara belajar lainnya yang memungkinkan siswa nyaman dan apa yang dipelajari dapat dimengerti dengan mudah.
    2.    Faktor Eksternal (dari luar individu)
    a. Keluarga
    Faktor orang tua sangat mempengaruhi keberhasilan anak dalam belajar, melalui cara orangtua mendidik, hubungan antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, perhatian orangtua dan latar belakang kebudayaan keluarga (Anissatul, 2009:32).
    b. Sekolah
    Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan anak. Kualias guru, metode mengajar, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, hubungan siswa dengan guru, disiplin sekolah, keadaan fasilitas atau perlengkapan di sekolah, waktu sekolah, metode belajar siswa dan sebagainya, semua ini dapat mempengaruhi keberhasilan belajar (Anissatul, 2009:32).
    c. Masyarakat
    Keadaan lingkungan masyarakat juga menentukan hasil belajar. Bila sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berkependidikan, terutama anak-anaknya, rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak giat belajar (Anissatul, 2009:32).
    d. Lingkungan sekitar
    Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Keadaan lingkungan, banguan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan sebagainya akan mempengaruhi semangat dan kegairahan untuk belajar.
    e.       Tujuan Hasil Belajar
    a.          Memberikan informasi tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajar melalui berbagai kegiatan belajar.
    b.         Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan-kegiatan belajar siswa lebih lanjut, baik keseluruhan kelas maupun masing-masing individu.
    c.          Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa, menetapkan kesulitan-kesulitannya dan menyarankan kegiatan-kegiatan remidial.
    d.         Memberikan informasi sebagai dasar untuk  mendorong motivasi belajar siswa mengenai kemajuan sendiri dan merangsangnya untuk melakukan upaya perbaikan.
    e.          Memberikan informasi tentang semua aspek tingkah laku siswa sehingga guru dapat membantu perkembangannya menjadi warga masyarakat dan pribadi yang berkualitas.
    f.          Memberikan informasi yang tepat untuk membimbing peserta didik memilih sekolah atau jabatan yang sesuai dengan kecakapan, minat dan bakat.
    f.       Klasifikasi Hasil Belajar
    Sistem Pendidikan Nasional merumuskan tujuan pendidikan menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin S.Bloom secara garis besar terbagi menjadi tiga, yaitu :
    1. Ranah Kognitif
    Ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan intelektual seseorang. Hasil belajar kognitif melibatkan siswa kedalam proses berpikir  seperti mengingat, memahami, menerapkan, menganalisa sintesis dan evaluasi. Tujuan pengajaran pada ranah kognitif adalah tujuan  yang berhubungan dengan pengetahuan, pengenalan, dan ketrampilan serta kemampuan intelektual (Gulo, 2002:50).
    Menurut Bloom terdiri enam tingkatan yang susunannya sebagai berikut:
    ·         Pengetahuan (Knowledge)
    ·         Pemahaman (Comprehension)
    ·         Penerapan (Application)
    ·         Analisis (Analysis)
    ·         Sintesis (Synthesis)
    ·         Evaluasi (Evaluation), (Gulo, 2002:57)
    2. Ranah Afektif
    Ranah afektif berkaitan dengan kemampuan yang berkenaan dengan sikap, nilai perasaan dan emosi. Tujuan pengajaran yang diarahkan pada ranah ini berorientasi pada faktor-faktor emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya.
    Penggolongan dikategorikan dalam lima jenis taksonomi yang terurut secara bertahap, yaitu:
    ·         Perencanaan (Receiving/Attending)
    ·         Penanggapan (Responding)
    ·         Penilaian (Valuing)
    ·         Pengorganisasian (Organizing)
    ·         Karakterisasi (Characterization), (Gulo, 2002:66).
    3. Ranah Psikomotorik
    Ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan yang menyangkut gerakan-gerakan otot. Tingkatan-tingkatan aspek ini yaitu gerakan reflek keterampilan pada gerak dasar kemampuan perseptual, kemampuan dibidang fisik, gerakan-gerakan skil mulai dari keterampilan sederhana sampai kepada keterampilan yang kompleks. Tujuan  pengajaran pada ranah psikomotorik ialah tujuan yang berhubungan dengan keterampilan motorik (Gulo, 2002:50).
    Gagne dan Briggs dalam Nashar mengklasifikasikan hasil belajar menjadi lima, yaitu :
    ·         Keterampilan Intelektual (Intellectual Skill)
    ·         Strategi Kognitif (Cognitive Strateggies)
    ·         Informasi Verbal (Verbal Information)
    ·         Keterampilan Motorik  (Motor Skill)
    ·         Sikap (Attitudes)
    g.      Pengukuran dan Evaluasi Hasil Belajar
    Pengukuran mempunyai hubungan yang sangat erat dengan evaluasi. Evaluasi dilakukan setelah dilakukan pengukuran, artinya keputusan yang harus ada dalam setiap evaluasi berdasarkan data yang diperoleh dari pengukuran. Untuk mengetahui seberapa jauh pengalaman belajar yang dimiliki siswa, dilakukan pengukuran tingkat pencapaian siswa.
    Hasil pengukuran ini selanjutnya guru memberikan evaluasi atas keberhasilan pengajaran dan lalu melakukan langkah-langkah guna perbaikan proses belajar mengajar berikutnya. Secara rinci, fungsi evaluasi dalam pengajaran dikelompokan menjadi empat, yaitu :
    1)      Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa setelah melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu.
    2)      Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran.
    3)      Untuk keperluan bimbingan dan konseling.
    4)      Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan.
    Salah satu tahap kegiatan evaluasi, baik yang berfungsi formatif maupun sumatif adalah tahap pengumpulan informasi melalui pengukuran. Menurut Darsono (2000:110-111) pengumpulan informasi hasil belajar dapat ditempuh melalui dua cara, yaitu :
    1)        Teknik Tes
    Tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah dan petunjuk yang ditunjukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk. Teknik tes biasanya dilakukan di sekolah dalam rangka mengakhiri tahun ajaran atau semester.
    Menurut pola jawabannya, tes dapat diklasifikasikan menjadi tiga.
    a.    Tek obyektif yaitu tes tulis yang itemnya dapat dijawab dengan memilih jawaan yang sudah tersedia sehingga peserta didik menampilkan keseragaman data, baik bagi yang menjawab benar maupun yang menjawab salah. Tes obyektif ini menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang benar diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberi jawaban singkat dan melengkapi pernyataan atau mengevaluasi pertanyaan yang belum sempurna (Pupuh, 2010:81).
    b.    Tes Esai digunakan untuk mengukur kegiatan-kegiatan belajar yang sulit diukur oleh tes obyektif. Tes esai sering disebut dengan tes uraian karena menuntut anak untuk menguraikan jawabannya dengan kata-kata sendiri dan cara sendiri (Pupuh, 2010:81).
    2)          Teknik Non Tes
    Pengumpulan informasi atau pengukuran dalam evaluasi hasil belajar dapat juga dilakukan melalui observasi, wawancara dan angket. Teknik non tes lebih banyak digunakan untuk mengungkapkan kemampuan psikomotorik dan hasil belajar efektif.
    Menilai hasil belajar ada yang bisa diukur dengan menggunakan tes dan ada pula yang tidak bisa dengan tes. Hal yang termasuk non tes meliputi observasi, wawancara, skala sikap, angket, check list dan ranting scale (Pupuh, 2010:86).
    a.    Observasi
    Observasi diartikan sebagai penghimpunan bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap berbagai fenomena yang dijadikan obyek pengamatan.
    Melaksanakan observasi bisa dilakukan secara langsung oleh observer dan bisa juga dilakukan observasi partisipasi yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bangian atau terlibat dalam situasi objek yang diteliti.
    b.      Wawancara
    Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang mewawancarai dengan yang diwawancarai. Tujuan wawancara ialah (a) untuk memperoleh informasi guna menyelesaikan suatu situasi dan kondisi tertentu, (b) untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah, (c) untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
    c.         Skala Sikap
    Skala Sikap merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai sikap suatu objek. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari, sikap menentukan individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupannya. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu dalam dunia sekitarnya, baik orang-orang maupun obyek tertentu.
    d.        Angket
    Angket termasuk alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi, sikap dan faham. Angket mempunyai kesamaan dengan wawancara. Angket dilaksanakan secara tertulis dan penilaian hasil belajar akan jauh lebih praktis, hemat waktu dan tenaga.
    e.         Check List
    Check list yaitu suatu daftar yang berisi subyek dan aspek-aspek yang akan diamati. Ada bermacam-macam aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam daftar cek, kemudian observer tinggal memberikan tanda cek (√) pada tiap-tiap aspek yang sesuai dengan hasil pengamatan.
    f.         Ranting Scale
    Ranting scale digunakan tidak hanya untuk mengukur sikap tetapi juga dapat untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lingkungan, seperti skala untuk mengukur status ekonomi, pengetahuan dan kemampuan. Paling penting dalam ranting scale yaitu kemampuan menerjemahkan alternatif yang dipilih responden (Pupuh, 2010:86).


    Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya “suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan intruksional khusus (TIK) tercapai (Bahri Syaiful dkk, 2010:105).
    Nasution. S (2009:61) mengatakan bahwa hasil belajar siswa dirumuskan sebagai tujuan intruksional umum (TIU) yang dinyatakan dalam bentuk lebih spesifik dan merupakan komponen dari tujuan umum mata kuliah atau bidang studi.
    Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan indikator keberhasilan seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hasil belajar merupakan perubahan yang didapat setelah melakukan kegiatan yang meliputi penguasaan terhadap ranah kognitif, psikomotorik dan afektif. 

    I.  HIPOTESIS
    Hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban sementara atas permasalahan penelitian yang memerlukan data untuk menguji kebenaran dugaan tersebut (Kountur. 2007:89). Berdasarkan uraian diatas, maka dalam pnelitian ini dikemukakan hipotesis sebagai berikut : Ada Pengaruh Kedisiplinan Diri Terhadap Hasil Belajar Siswa Beragama Buddha Kelas X-XII Di SMK Pembangunan Ampel Tahun Pelajaran 2016/017.
    J.  METODE PENELITIAN
    Metode Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2008:2). Dalam penelitian yang dilakukan dibutuhkan prosedur penelitian agar peneliti lebih terarah, memberikan kemudahan, dan kejelasan tentang suatu penelitian yang akan dicapai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh kedisiplinan diri terhadap hasil belajar siswa.
    1. Desan Penelitian
    Dalam penelittian ini peneliti menggunakan desain penelitian korelasional Sebab-Akibat, yaitu penelitian yang ditujukan untuk menemukan ada tidaknya hubungan (pengaruh) antara dua variabel atau lebih dan apabila ada hubungan (penngaruh), seberapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu (seberapa besar pengaruh tersebut) (Arikunto, 1998:31).
    2. Variabel Penelitian
    Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 1998:99). Variabel-variabel yang hendak digunakan dalam penelitian perlu ditetapkan, diidentifikasikan dan diklasifikasikan. Jumlah variabel yang hendak  digunakan tergantung luas sempitnya penelitian yang akan dilakukan (Nazir, 2005:122).
    a.       Identitas Variabel
    Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti, yang terdiri dari Variabel Bebas (X) dan Variabel Terikat (Y). Variabel bebas adalah unsur yang mempengaruhi unsur yang lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kedisiplinan Diri. Sedangkan variabel terikat adalah unsur yang muncul karena adanya variabel yang lain. Adapun yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah Hasil Belajar Siswa.
    b.      Hubungan Antar Variabel
    Hubungan antar variabel dalam penelitian ini adalah hubungan kausal (Sugiyono, 2008:37) menegaskan bahwa hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Variabel X mempengaruhi variabel Y, yaitu kedisiplinan diri sebagai variabel X mempengaruhi hasil belajar sebagai variabel Y.
    c.       Definisi Operasional Variabel
    Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku dalam rangka mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun afektif. Disamping ketiga aspek diatas, peserta didik juga harus mempunyai tujuan yang akan dicapai agar dapat menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam belajar. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan hasil belajar sebagai produk dari proses belajar, maka didapatkan hasil belajar.
    Disiplin merupakan tata tertib atau aturan yang harus dipatuhi. Setiap individu diwajibkan untuk mematuhi aturan-aturan yang sudah ditetapkan atau ditentukan agar dapat menjaga keharmonisan hubungan antar manusia atau dengan lingkungannya. Begitu pula bagi seorang pelajar atau siswa. Siswa diwajibkan mematuhi setiap aturan yang berada di sekolah agar terciptanya kedisiplinan yang baik.
    3. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
    a.     Populasi
    Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2008:80). Populasi adalah keseluruhan subyek yang diteliti (Arikunto, 1998:115). Populasi harus mempunyai karakteristik dan ciri-ciri yang membedakan dari kelompok subyek lain. Populasi dalam penelitian ini adalah :
    a)      Siswa yang disiplin
    b)      Siswa yang tidak disiplin
    c)      Semua siswa yang beragama Buddha kelas X-XII di SMK Pembangunan Ampel.
    b.    Sampel
    Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti (Arikunto, 2006:131). Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2008:81). Maka apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sebaliknya apabila jumlah subyeknya besar , dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih (Arikunto, 1998:121).
    Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-XII di SMK Pembangunan Ampel tahun pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari laki-laki 18 orang dan perempuan 14 orang. Jumlah seluruh populasi adalah 32 orang. Jadi penelitian ini merupakan penelitian populasi karena subyek yang diteliti terdiri dari 32 siswa yang beragama Buddha dan jumlah populasi kurang dari seratus orang.
    c.      Teknik Sampling
    Metode sampling adalah pembicaraan menata berbagai teknik dalam penarikan atau pengambilan sampel penelitian agar pengambilan sampel menjadi representatif (Bungin, 2008:104). Teknik sampling adalah teknik pengambilan sample untuk menentukan sample yang akan digunakan, dalam penelitian ini terdapat berbagai teknik sampling yang akan digunakan (Sugiyono, 2008:81).  Jadi dapat disimpulkan bahwa teknik sampling adalah cara-cara tertentu yang digunakan oleh peneliti untuk pengambilan sample.
    Penelitian ini menggunakan teknik random sampling probability sampling. Teknik random sampling dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan atas strata, tetapi peneliti memberi hak yang sama kepada setiap objek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2010: 120).
    4. Metode Pengumpulan Data
    Metode yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala angket berstruktur. Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010: 199). Angket ini digunakan untuk memperoleh data yang faktual atau fakta dari responden. Dalam penelitian ini skala yang diukur adalah skala likert, maka metode dalam penelitian ini menggunakan skala likert.
    5. Validitas dan Reliabilitas
    a.    Validitas
    Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keaslihan suatu instrumen. Suatu instrumen di anggap valid (sahih) jika instrumen tersebut mampu mengukur terhadap apa yang di inginkan (seharusnya di ukur). “Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid, berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur” (Sugiyono, 2008:267). Validitas sangat penting karena tanpa instrumen yang valid, data atau penelitian akan memberikan kesimpulan yang biasa.
    1. Jenis Validitas
    Jenis validitas yang digunakan adalah validitas konstruk. Validitas konstruk adalah validitas yang menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu trait atau konstruk yang hendak diukur (Azwar, 2000:48). Pengujian validitas konstruk sangat penting terutama dalam pengembangan dan evaluasi terhadap skala-skala kepribadian.
    Prosedur pengujian validitas konstrak berangkat dari hasil komputasi interkorelasi diantara berbagai hasil tes kemudian diikuti oleh analisis lebih lanjut terhadap matrik korelasi yang diperoleh, melalui berbagai metode (Azwar, 2000:132).
    2. Jenis Uji Validitas Internal
    Validitas internal disebut valid jika menunjukkan adanya kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan. Validitas internal ada dua yaitu:
    a. Validitas butir adalah sebuah instrumen yang memiliki validitas tinggi jika butir yang membentuk instrumen tidak menyimpang dari fungsi instrumen.
    b. Validitas faktor yaitu sebuah instrumen yang memiliki validitas tinggi jika faktor-faktor yang merupakan bagian dari instrumen tidak menyimpang dari fungsi instrumen.
        3.  Teknik Uji Validitas
    Teknik uji validitas dimaksudkan untuk menentukan validitas terhadap item-item skala psikologis dengan menggunakan rumus korelasi product moment.
    Keterangan :
    rxy          =  Koefisien korelasi item skala angket
    ∑N         =  Banyak Sampel
    ∑X         =  Jumlah skor masing-masing item
    ∑Y         =  Jumlah skor total (seluruh item)
    XY         = Jumlah skor antara x dan y
    X²           = kuadrat di jumlah skor tiap item
    Y²          = Kuadrat dari skor total (Arikunto, 2006:146).

    b.    Reliabilitas Instrumen
    Reliabilitas merupakan ketepatan atau tingkat presisi suatu ukuran atau alat pengukur (Nazir, 1983:162). Dalam hal ini suatu alat ukur disebut mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya, jika alat ukur itu mantap atau stabil, dapat diandalkan dan dapat diramalkan. Reliabilitas lebih menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu alat instrumen cukup dapat dipercaya untuk dipergunakan sebagai alat pengumpul data. Secara garis besar ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas internal dan reliabilitas eksternal. Untuk menguji reliabilitas eksternal instrumen ada dua cara yaitu dengan teknik paralel (double test double trial) dan teknik ulang (single test double trial).
    Dalam pembuatan instrumen ini dengan menggunakan teknik ulang atau single test double trial. Reliabilitas internal diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali hasil penelitian. Ada beberapa teknik untuk menentukan reliabilitas (keajegan) instrumen, yaitu dengan rumus Spearman-Brown, dengan rumus Flanagan, dengan rumus Rulon, dengan rumus K – R. 20, dengan rumus K – R. 21, dengan rumus Hoyt, dan, dengan rumus Alpha.
    a)    Jenis Uji Reliabilitas Konsistensi Internal
    Pendekatan konsistensi internal dalam estimasi reliabilitas dimaksudkan untuk menghindari masalah-masalah yang ditimbulkan oleh pendekatan tes ulang dan pendekatan tes paralel. Dalam pendekatan konsistensi internal prosedurnya hanya memerlukan satu kali pengenaan sebuah tes kepada kelompok individu sebagai subyek (single trial administration). Oleh karena itu pendekatan ini mempunyai nilai praktis dan efisiensi yang tinggi (Azwar, 2000:63).
    b)   Teknik Uji Reliabilitas Menggunakan Rumus Alpha
    Rumus Alpha:
    r=    
     
    Teknik yang dipakai untuk menentukan reliabilitas (keajegan) instrumen adalah dengan rumus Alpha. Peneliti menggunakan rumus ini karena instrumen yang dipergunakan berbentuk angket dengan skor skala bertingkat. Untuk angket dengan skala bertingkat diuji dengan menggunakan rumus Alpha (Arikunto, 1996: 190).






    Keterangan:
    r               = reliabilitas instrument
    k                  = banyaknya butir pernyataan
            = jumlah varian butir
                = varian total (Arikunto, 1998:193)
    Data untuk menghitung koefisien alpha diperoleh lewat penyajian suatu bentuk skala yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok responden. Dengan penyajian satu skala hanya satu kali, maka problem yang mungkin muncul dapat dihindari.
    6. Teknik Analisis Data
    Metode dan teknik analisis data dipergunakan untuk menjawab permasalahan penelitian yang telah dirumuskan, data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan rumus Anava atau kovarian satu jalur.
    Analisis varian pada dasarnya tidak lain dari teknik matematika untuk memisahkan komponen-komponen variasi dalam suatu set hasil penelitian. Dalam menentukan analisis varian dengan menggunakan uji F, statistik F dicari dengan rumus sebagai berikut:
    MSp
    F=                                         
    MSe
    Keterangan :
    F             = Frekwensi
    MSp       = mean square antar perlakuan
    MSe       = mean square eror (dalam pelakuan)

    Menggunakan rumus anava pada dasarnya tidak lain dari teknik matematika untuk memisahkan komponen-komponen variasi dalam suatu set hasil penelitian. Analisis variance pada desain blok lengkap random bertitik tolak pada penguraian total variance perlakuan, variasi blok dan variasi error.
     Dalam kalkulasi, total sumsquare juga dibatasi atas sumsquare dalam perlakuan (SSp), sumsquare error (SSe). Data yang dikumpulkan dianalisis dengan rumus Anava melalui perhitungan komputer menggunakan program SPSS 16 for windows.
    K. DAFTAR PUSTAKA
    Anguttara Nikaya (The Book of Gradual Saying ) Vol.V Terjemahan Woodward, F.L & Hare, E.M. 1981. London: The Pali Text Society.
    Anissatul, dkk. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Teras Komplek POLRI Gowok Blok D 2 No. 186.
    Anni, Chatarina Tri. 2006. Psikologi Belajar. Semarang : UPT UNNES Press.
    Arikunto, Suharsimi. 1998. Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.
    Azwar, Saifudin. 1999. Penyusunan Skala Psikologis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.
    Dalyono, M. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
    Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
    Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Belajar.
    Dhammapada ( The Word Of Thedoctrin). Terjemahan Norman, K.R.1999. London : The Pali Text Society.
    Fathurrohman, Pupuh. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika-Aditama.
    Fitria, Nur Siti, dkk. 2006. Berjuang Mengukir Prestasi. Jakarta: ISBN.
    Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT  Gramedia Widiasarana Indonesia.
    Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.  
    Sudjana. 2002. Kiat Pembelajaran Sukses. Jakarta: CV: Mshaputra Adidaya.
    Sutarto, Joko. 1999. Pengantar  Pendidikan. Semarang : IKIP SEMARANG PRESS.
    Kountur, Ronny. 2007. Metode Penelitian Untuk Penulis Skripsi dan Tesis. Jakarta: Percetakan Buana Printing.
    Mudjiono,dkk. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka cipta.
    Nashar, Drs. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta : Delia Press
    Nazir, Moh.2005. Metode Penelitian. Bogor: Penerbit Aghalia Indonesia.
    Poerwadarminto, W J S. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
    Rashid, Teja. 1997. Sila dan Vinaya. Jakarta : Bodhi.
    Setyowati. 2007. Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMPN 13 Semarang. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
    Sugiono. 2008. Statistik Untuk Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung : Alfabeta.
    The Book of dicipline (Vinaya Pitaka) Vol. V. Terjemahan Hoener, I.B.1988. Oxford: Pali Text Society.
    Tulus, Tu’u. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa. Jakarta : Grasindo.

    Wijaya Mukti Krisnanda. 2003. Wacana Buddha Dharma. Jakarta : Ekayana Buddhist Centre.
  • Copyright © - Jendela Dunia

    Jendela Dunia - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan